Minggu, 14 Maret 2010

DENSUS 88 DI BIAYAI ASING?

Sebagai organisasi yang baru, Detasemen Khusus 88 tergolong baji ajaib.Begitu lahir langsung besar.tak heran ada yang mempertanyakan bagaimana itu bias terjadi.Dari mana dukungan dananya?
Detasemen itu di bentuk 24 Agustus 2004.Nama 88 merupakan representasi dai jumlah korban tewas warga Negara asing pada peristiwa bom bali tahun 2002.Awalnya personel Densus hanya 75 orang.Personelnya berasal dari gabungan unsur semua kepolisian resor di Jakarta dan pasukan Brigade Mobil ( Brimob) dan tujuan pembentukan Densus 88 Anti teror ini dalam rangka melakukan pemberantasan Tindak Pidana Terorisme yang di pelopori oleh Negara luar (asing).

Anggota Densus 88 kini Jumlahnya berlipat karena di setiap Kepolisian daerah (Polda) memiliki detasemen khusu ini.Generasi pertama Densus 88 memperoleh pelatihan langsung oleh instruktur dari CIA,FBI,dan US Secret Service.Kebanyakan staf pengajarnya adalah bekas anggota pasukan khusus AS.Pusat pelatihannya terletak di Megamendung,KAwasan Puncak Bogor.50 kilo mater dari Jakarta.
“Sebetulnya, ini (Densus 88) bagian agenda global.Dananya dari luar,dari Amerika dan Australia,”kata pengamat intelligent Herman Y Ibrahim.Pembentukannya pun, lanjutnya, tidak hanya untuk melatih para personel polisi Indonesia tapi juga polisi ante teror dari Negara ASEAN.Pelatihan itu berlangsung di Semarang.
Secara logika,katanya, tidak mungkin dana yang dikucurkan asing biasa saja, tapi besar-besaran karena tidak hanya untuk kebutuhan dalam negeri melainkan internasional.Apalagi tiap polda pun kini membentuk detasemen yang sama.ia membandingkan organisasi serupa di Kopasus.Di pasukan elit itu, detasemen khusus anti teror hanya ada satu, mengingat begitu mahalnya peralatan dan pelatihannya.
Herman pun memberikan contoh seorang prajurit Australia pada dirinya melekat peralatan senilai 10 ribu dolar Amerika.Peralatan mereka tergolong mahal dan canggih, seperti teropong malam,senjata,alat penyadap dan lain sebagainya.Densus 88 di lengkapi dengan persenjataan dan kendaraan tempur buatan amerika,seperti senapan serbu colt M4,senapan penembak jitu Armalite AR-10, dan shotgun Remington 870.bahkan dikabarkan satuan ini akan memiliki pesawat C-130 Hercules sendiri untuk meningkatkan mobilitasnya.

Semua persenjataan yang di berikan, termasuk materi pelatihan, di beritakan sama persis dengan apa yang dimiliki oleh satuan khusus antiteroris AS.”Makanya Amerika akan marah kalau tidak ada korban karena sudah banyak uang di kucurkan.harus ada korban,maka muncul abu dujana dan lainnya”, kata Herman.
Gatra online (15/06/07) menulis Amerika serikat melalui kantor keamanan diplomatiknya ( Diplomatic Security Service) memberikan bantuan kepada Indonesia dalam upaya memerangi terorisme melalui program pelatihan bagi para anggota Polri dalam meningkatkan kemampuannya mencegah dan melakukan investigasi terhadap serangan teroris.Kemampuan tersebut antara lain mencakup penyelidikan insiden pemboman, pendeteksian bom, serta menangkal kejahatan melalui jaringan computer.
Dari segi dana, menurut catatan tahun 2006,Amerika serikat membantu Indonesia sebesar 4.8 juta dolar AS (sekitar 43.5 Milyar).”untuk tahun fiscal tahun 2007,belum di ketahui jumlah bantuan yang akan diberikan untuk Indonesia,entah lebih rendah atau lebih tinggi.tapi saya kira , tidak akan berkisar jauh dari yang sebelumnya ( 4.8 juta dolar AS).” Kata seorang pejabat deplu AS.

Hubungan kerja sama dengan pemerintah Amerika itu cukup beralasan.Pakar masalah-masalah keamanan Asia Tenggara, Marvin C Ott, dalam sebuah diskusi tentang ancaman ekstrimisme Islam di Indonesia yang di gelas Asia Society di New York, (11/02/2003) mengatakan:”Indonesia bener-benar menjadi persoalan yang berat bagi Amerika Serikat.Sebab tidak seperti Negara-negara di kawasan Asia tenggara lainnya.terutama Malaysia dan Singapura, pemerintahan Megawati tidak menjadi sekutu aktif dalam upaya memerangi terorisme.Sikap itu kemudian berubah setelah peristiwa pengeboman di Balil,” ujar pengajar kebijakan keamanan nasional National War College and faculty Fellow di Institute For National and Strategic Studies, National Defense University ini.

Dalam konteks seperti ini lah, kata Marvin, para pengambil kebijakan luar negeri AS melihat bahwa TNI di anggap sebagai institusi yang bias dijadikan sekutu untuk menghadapi terorisme dan kelompok islam ekstrim di Indonesia yang menguat belakangan ini.namun, AS menyadari baha wajah TNi pasca Soeharto telah carut marut oleh berbagai persoalan.Tak heran, pilihan itu kemudian jatuh kepangkuan Polri.
Fahmi Ap Pane dalam tulisannya (Republika, 1/10/2004)’paradigma Pendzaliman Aktifis Muslim’ menyebutkan “Polri memang lemah, sehingga mudah di rekayasa.Apalagi, sejak tahun 2001 setiap tahun polri menerima hibah jutaan dolar dari Amerika Serikat dan tiap-tiap Negara pendukung AS, seperti Australia..Kelemahan ini diperparah dengan berkembangnya paradigma anti islam pada sebagian perwira.Mereka berbasis paradigma kapitalis sekuler, dimana harta dan jabatan adalah ukuran prestasi dan kebahagiaan, membela suatu kelompok berdasarkan uang (Kapital) dan membenci masuknya agama (islam) kedalam kehidupan bernegara”.

AnggOta tim Advokasi Korban Penangkapan (Tangkap) Densus 88 anti terror, Munarman SH, menjelaskan Amerika telah meningkatkan anggaran militernya untuk 2007.Peningkatan anggaran tersebut di alokasikan untuk membiayai sejumlah program militer, yaitu:
1. Program International Military Education and Training (IMET).Melalui program ini, sejumlah personel militer Indonesia akan mendapatkan pelatihan di AS untuk meningkatkan profesionalisme militer Indonesia.Pada 2005 lalu, Indonesia sudah menerima sekitar 800.000 dolar AS (Rp.7.48 Milyar) untuk membiayai program tersebut.
2. Program bantuan anti teroris.Deplu AS merencanakan mengeluarkan biaya sekira 6 juta dolar AS 9 Rp.645.15 Milyar) untuk melatih dan melengkapi pasukan khusus Indonesia divisi anti terror, yaitu Detasement Khusus 88(Densus 88) di jajaran Polri.Untuk keperluan ini, Indonesia telah menerima sekitar 14.8 juta dolar AS (Rp.138.38 milyar)
3. Dephan AS akan membiayai pendidikan sejumlah personel militer dan intelligent Indonesia, Mereka ini akan dilatih sejumlah praktik dan strategi memerangi aksi terorisme
4. Foreigner Military Financing (FMF).Pada 2005 lalu, untuk keperluan keamanan perairan Indonesia, AS telah memberikan 6 juta dolar AS kepadaTNI Angkatan Laut.

Bahkan Pemerintah Inggris (Detik com, 28/03/2007) menawarkan gantuan untuk memberi pelatihan dan peralatan kepada Polri agar lebih jitu menangkap teroris.Penawaran ini disampaikan dalam pertemuan antara perwakilan Inggris dan Indonesia yang di hadiri United Kingdom Minister Of State in the Foreigner and Commonwealth Kim Howells dan kapolri Jenderal Pol Stanto di Mabes Polri , jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, rabu (28/03/2007).”Mereka dating dan menawarkan pelatihan pengkaderan dan bantuan peralatan apa yang dibutuhkan oleh Indonesia.”kata Sutanto.

2 komentar:

  1. Iswahyudi terus berkarya untuk umat dan negri ini. Allah Hu Akbar!!! By MF Jaya

    BalasHapus
  2. sayang karyanya tidak pernah untuk kemanusiaan bangsa INDONESIA, tp untuk kepentingan pemahamanya.,

    BalasHapus