Kita semua sepakat, terorisme harus di berantas.Tak peduli siapapun pelakunya, tanpa melihat latar belakang agama dan ras.Karena itu bila pelakunya kebetulan muslim atau Kristen atau lainnya maka harus diusut sampai tuntas.Demikian juga dari bangsa dan Negara manapun ia, tetap harus dihentikan aktivitas terornya.
Tapi sayang sejak goerge walker bush mengumumkan perang terhadap terorisme pasca runtuhnya gedung WTC, 11 september 2001, yang selalu jadi korban adalah umat islam.Ratusan ribu kaum muslimin melayang di iraq dan Afghanistan, yang lainnya harus mendekam di sejumlah penjara tanpa melalui proses pengadilan yang jelas.Sementara itu islam dan umat islam terus tersudutkan akibat stigma negative sebagai dampak dari propaganda war on terrorism yang dilakukan Amerika dan sekutunya.Yang selalu muncul ke public, pelaku terror itu selalu di tuduhkan kepada al Qaeda,jamaan Islamiyah,Taliban bahkan Hamas.Wajarlah bila akhirnya war on terrorism itu sebenarnya adalah war of islam.
Lembaga pengamat aktivitas militer global,Global Security, mencatat jumlah korban tewas di iraq mencapai 658.930 oang sejak s menyerbu Bahgdad, 20 maret 2003 hingga maret 2007, sekitar 92 persen atau 601.027 orang tewas akibat aksi kekerasam seperti ledakan bom dan korban konflik bersenjata.Data yang di rilis global itu belum termasuk jumlah korban tewas empat bulan terakhir.
Komisaris Tinggi PBB urusan Iraq, Antonio Cortez memprediksi jumlah para pengungsi warga iraq akan mencapai 1 juta 800 ribu orang hingga akhir 2007, jumlah itu tidak termasuk ratusan ribu warga iraq yang terpaksa berhijrah ke Negara tetangga guna menghindari instabilitas dan teror di tanah kelahiran mereka.
AS lah sebenarnya Mbahnya teroris itu.Dengan propaganda ini, ia ingin terus menancapkan dirinya sebagai Negara super power.Tidak ingin ada Negara lain yang menjadi pesaing, apalagi itu dating dari islam.Ia ingin memandulkan perjuangan umat islam yang mendambakan persatuan umat islam.
Sangat disayangkan , banyak Negara muslim yang malah menjadi pembebek AS dalam perang terhadap terorisme ini.Sehingga kebijakan Negara-negara tersebut dalam war on terorism selalu bersinergi dengan AS.
Lihatlah dilapangan, di negeri manapun juga termasuk Indonesia ketika berbicara tentang terorisme, maka pasti selalu di kaitkan dengan Al Qaedah atau JI.Sangat jarang bila para pelakunya adalah kelompok – kelompok non Islam.
Khusus di Indonesia, perburuan oleh aparat terhadap para pelaku teror yg di lakukan oleh kaum salibis seperti para pembantai dan teroris yang telah membantai ribuan umat islam di ambon dn poso, tidak dilakukan serius.Demikian juga penanganan separatis seperti RMS dan OPM yang para pelakunya adalah Kristen, tidak sehebat menangani teroris.
Wajar bila kemudian ada anggapan, umat islam diperlakukan tidak adil dalam penanganan terorisme ini.karena yang selalu menjadi sasaran adalah para teroris yang kebetulan membawa embel-embel islam.Itu pun dalam penanganannya banyak kejanggalan di sana sini.
Salah satu contohnya adalah dibentuknya densus 88.Sejak awal keberadaan pasukan ini controversial.Dan banyak orang semakin tidak simpati melihat sepak terjang dari pasukan ini,yang dalam aksi sering di luar control.Alhasil Abu bakar Basyir, melalui kuasa hukumnya mengajukan gugatan ke pengadilan agar Densus 88 ini dibubarkan.
“Jika diteruskan tindakan-tindakan anggota Densus 88 bisa merusak tatanan social.Polri harus mencegah penyimpangan-penyimpangan prosedur maupun tindakan perorangan anggota Densus 88 jangan sampai terjadi (terulang) seperti apa yang dilakukan oleh kopasus pada masa orde baru,” kata pengamat Kepolisian, Kolonel Pol (pur) Dr.Bambang Widodo Umar.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar